2015 in review January 4, 2016
Posted by Cut Nuraini in Kota dan Pembangunan.add a comment
The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2015 annual report for this blog.
Here’s an excerpt:
A New York City subway train holds 1,200 people. This blog was viewed about 5,600 times in 2015. If it were a NYC subway train, it would take about 5 trips to carry that many people.
Metode Perancangan-1 March 29, 2015
Posted by Cut Nuraini in Metode Perancangan-1.add a comment
Peran, Fungsi dan Manfaat Pekarangan sebagai Salah Satu Model Ruang Terbuka Hijau di Lingkungan Permukiman Padat January 8, 2015
Posted by Cut Nuraini in Kota dan Pembangunan.add a comment
Pakarangan di Desa Singengu, Kotanopan November 15, 2014
Posted by Cut Nuraini in Permukiman Mandailing.Tags: arsitektur, arsitektur permukiman tradisional, indonesia settlement, kotanopan, mandailing architecture, mandailing julu, mandailing natal, permukima, permukiman di pegunungan, permukiman tradisional, pola desa, pola tata bangunan, pola tta ruang tradisional, settlement arrangement, singnegu, sistem permukiman, struktur permukiman, vernakular
add a comment
Tulisan ini sudah dipubilkasikan dalam Jurnal Forum Teknik, Fakultas Teknik UGM
Cut Nuraini1, Achmad Djunaedi2, Sudaryono2, T.Yoyok W. Subroto2
1 Mahasiswa Program Doktor Jurusan Arsitektur & Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jln. Grafika No. 2 Yogyakarta
2Jurusan Arsitektur & Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jln. Grafika No. 2 Yogyakarta
Abstract
A yard in Singengu Village has a difference meaning with a yard in general. Pakarangan or yard in Singengu Village comprises of side area and front area of Bagas(house). It means that the backside area is not a yard. Pakarangan does not has variety vegetation as many house yard, except decorated plant like flower. The objective of this research is to find out pakarangan concept, factors influenced its concept and, what the meaning of pakarangan phenomenon.
This research used phenomenological paradigm with naturalistic approach and inductive-kualitatif analysis methode. The results of this research are Pakarangan comprises of alaman (space in front of bagas), pamispisan (space besides of bagas) and taruma bagas (space underneath of bagas). The backspace of the house is not part of pakarangan but it is a separate space called parik. The concept of pakarangan is based on Mandailing cosmology’s belief about Banua Partoru (bottom world). Parik is considered to Banua Partoru, therefore parik is not a part of pakarangan. The meaning of pakarangan in Singengu village is the whole of bagas area except parik.
Keyword : Pakarangan, Alaman, Bagas, Parik, Banua Partoru
1. Pendahuluan
Desa Singengu di Mandaling Julu secara administrasi termasuk bagian dari kelurahan Pasar Kotanopan, kecamatan Kotanopan, kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Singengu adalah desa pertama di Mandailing Julu yang didirikan oleh nenek moyang marga Lubis. Desa-desa di Mandailing Julu ditandai dengan adanya kelompok-kelompok marga. Saat ini, ada tiga marga dominan di desa Singengu, yaitu Lubis, Dalimunthe dan Nasution. Ada juga beberapa marga lain yang merupakan marga pendatang, yaitu Batubara dan Tanjung. Desa ini merupakan desa tempat asal marga Lubis, yang dikembangkan oleh Si Langkitang, generasi ke tujuh dari Angin Bugis, nenek moyang orang Mandailing yang diyakini berasal dari Bugis, Sulawesi Selatan (Grandtour, 2010).
Secara sepintas, tidak ada yang menarik saat memasuki desa Singengu. Rumah-rumah penduduknya sudah banyak menggunakan bahan modern, seperti bata walaupun sebagian besar masih dalam bentuk rumah panggung. Fenomena menarik mulai terasa apabila masuk desa ini semakin ke dalam. Ada banyak kelompok rumah yang membentuk pola yang sama, yaitu saling berhadapan dan tidak menghadap ke jalan utama. Setiap rumah hampir tidak memiliki halaman. Bagian belakang rumah yang satu saling berhimpitan dengan bagian belakang rumah yang lain. Apabila ada rumah yang memiliki halaman belakang, tidak ada aktifitas spesifik di area tersebut. Area samping rumah juga sangat sempit dan tidak ada batas yang jelas antara satu halaman rumah dengan halaman rumah lainnya. Sebagian besar halaman rumah-rumah tersebut tidak ditanami vegetasi.
Menurut warga desa Singengu, rumah-rumah dulu memiliki halaman yang disebut alaman walaupun sempit. Pada waktu desa semakin padat, dibutuhkan dalan (jalan) untuk mobilisasi sehingga sebagian alaman-alaman rumah dijadikan jalan. Area samping rumah yang disebut pasmispisan (halaman yang terletak di samping kiri dan kanan rumah), juga ada yang berubah menjadi jalan, tetapi area belakang rumah tidak ada yang menjadi jalan.
Menurut keterangan warga setempat semua area rumah dan sekitarnya disebut pakarangan (pekarangan), kecuali area belakang rumah. Hal ini menarik untuk diteliti, karena pemahaman warga desa Singengu tentang sebuah pekarangan ternyata berbeda dengan pengertian pekarangan pada umumnya. Sejumlah fenomena ini memunculkan pertanyaan (1) seperti apa konsep pakarangan di desa Singengu; (2) latar belakang apa yang mendasari terbentuknya konsep pakarangan dan (3) apa makna/ hakekat di balik fenomena pakarangan tersebut ?
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mengungkapkan gejala-gejala empiri sensual tentang pakarangan (pekarangan) di desa Singengu, latar belakang yang mendasari terbentuknya konsep tersebut, dan makna/ hakekat di balik fenomena tersebut.
2. Fundamental
Masyarakat daerah Mandailing memiliki kepercayaan bahwa alam ini terbagi atas tiga bagian atau disebut dengan Banua (Sujatmoko, 1999:35). Sistem kepercayaan ini dianut sebelum Islam masuk ke daerah Mandailing. Kosmologi Banua tersebut, adalah :
a. Banua Parginjang (dunia atas), yaitu dunia tempat sang pencipta, Datu Natumompa Tano Nagumorga Langit (dilambangkan dengan warna putih);
b. Banua Partonga (dunia tengah), yaitu dunia tempat manusia menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari (dilambangkan dengan warna merah);
c. Banua Partoru (dunia bawah), yaitu dunia tempat manusia yang sudah meninggal atau disebut juga dunia roh (dilambangkan dengan warna hitam)
Kosmologi tiga dunia, yaitu Partoru, Partonga dan Parginjang diterjemahkan oleh masyarakat Mandailing dalam membangun rumah-rumah huniannya. Rumah diangkat kedudukannya dari tanah (dunia bawah) karena dunia bawah dianggap sebagai tempat manusia yang sudah meninggal dan daerah yang nista atau kotor. Oleh karena itu, bangunan tempat tinggal mereka merupakan rumah panggung.
bersambung ….
Bahan Kuliah Arsitektur Tropis September 16, 2014
Posted by Cut Nuraini in Kota dan Pembangunan.add a comment
Presedent Perancangan Arsitektur March 18, 2012
Posted by Cut Nuraini in PERMASALAHAN ARSITEKTUR.Tags: arsitektur, perancangan, presedent
add a comment
Presedent Karya Arsitek Luar Negeri
A. Studi kasus : Bangunan Museum
a. Deskripsi Objek : Museum [1]
Museum merupakan salah satu media pengumpul, pameran maupun perawatan terhadap benda-benda yang memiliki nilai tertentu, baik nilai sejarah, seni maupun teknologi yang bermanfaat sebagai salah satu sumber pengetahuan maupun informasi bagi masyarakat umum. Pada awalnya, museum dikembangkan di dunia barat sebagai sarana untuk mengoleksi benda-benda seni, antik dan obyek pengetahuan alam pada jaman Renaissance. Fungsi utama museum adalah sebagai media pamer (display) benda-benda koleksi yang dapat dilihat secara sekuensial atau berurutan melalui pola sirkulasi pengunjung.
Koleksi benda-benda museum yang pertama terdapat di Renaissance palace, galeri yang memamerkan patung, lukisan dan benda-benda lain yang diakomodasikan di dalam ruang dalam. Setiap Ruang memiliki hubungan sirkulasi secara spatial dan fungsional, sehingga memungkinkan adanya kontinuitas alur gerak atau sirkulasi pengunjung. (more…)
Aspek-Aspek Arsitektur October 25, 2011
Posted by Cut Nuraini in PERMASALAHAN ARSITEKTUR.Tags: aspek-aspek arsitektur
add a comment
The Concept of Banua in Mandailing Architecture December 17, 2010
Posted by Cut Nuraini in Permukiman Vernakular.Tags: arsitektur, arti kata, contoh soal, jalan-jalan, kata mutiara, lagu bagus, mandailing, mutiara hadist, perancangan, permukiman, rumah, sepakbola, toefl, wisata bahari
3 comments
Naskah ini di presentasikan di “CIB International Conference – Local Wisdom in Global Era”, di UKDW Yogyakarta, 21-22 Januari 2011.
Introduction
The existence of Mandailing has been recognized since 14th century based on the word of honor of Palapa Gadjah Mada on verse 13 Kakawin Negarakertagama by Mpu Prapanca as the expansion territory of Majapahit in 1287 Caka (1365 AD). The Kakawin hand writing was found at Pura Cakranegara Lombok and afterward, Dr. J. Brandes from Holland published it in 1902 based on its origin language and letter with the title Negara Kertagama, loftdicht van Prapanca op koning Radjasanagara, Hajam Wuruk van Majapahit (Lubis, 1986 : II, 1) (more…)
Themes of Environmental Design at Riverbank Areas : Lesson Learned from South East Asia Riverbanks August 18, 2010
Posted by Cut Nuraini in Kota dan Pembangunan.Tags: architecture and planning, arsitektur, design area, foto, permukiman, pola, river design, riverbanks area, tema, tepian sungai, vernacular architecture, warna
3 comments
Makalah ini disertakan dalam International Seminar Artepolis-3, ITb Bandung
by Cut Nur’aini
nurainiicut@yahoo.com; mamibita@gmail.com
ABSTRACT
This Paper attemps to explain the themes of environmental design at riverbank areas esspecially south east asia. The community who has been living at the riverbank areas have an unique culture with unique perception too about water and river. For the people who have been living at riverbank areas, water and river not only as essential contex of their life but also contain of spiritual values. Human and water have been related since the beginning of the mankind. The important learning from this study is related to two big themes 1). Water and River 2). Waterbank Areas.